Viral Kasus Es Teh Indonesia Pembuat Penyakit Diabetes Instan

1 min read

Viral kasus es teh indonesia

Ini Dia Alasan di Balik Viral Kasus Es Teh Indonesia

doberlider – Belakangan ini, Es Teh Indonesia menjadi topik yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Pasalnya, minuman produk Indonesia dengan bahan pokok teh tersebut di anggap terlalu manis dan membutuhkan pengawasan BPOM. Hal itu yang kemudian memicu keramaian di media sosial mengenai viral kasus Es Teh Indonesia dan juga MPO007 Situs Slot Gacor.

Awal Mula Viral Kasus Es Teh Indonesia

Bermula dari aplikasi Twitter, kasus tersebut mulai ramai di perbincangkan setelah salah seorang customer Es Teh Indonesia melayangkan keluhan pada akunnya. Keluhan tersebut di sebabkan karena ia membeli salah satu produk bernama Chizu Red Velvet dan kadar kemanisannya di katakan seperti di beri 3 kilogram gula.

Tidak dapat di pungkiri, mengonsumsi makanan dengan kandungan gula yang berlebihan akan memicu beragam penyakit yang berbahaya. Salah satu penyakit yang di sebabkan karena gula tersebut yakni diabetes mellitus yang sulit untuk disembuhkan.

READ  Simak Dan Ketahui! Beberapa Langkah Atau Cara Menjaga Kesehatan Jantung

Idealnya, setiap orang hanya bisa mengonsumsi gula sebanyak 4-6 sendok dalam setiap harinya. Hal tersebut yang kemudian membuat customer yang dapat di katakan protektif terhadap kadar gula menuliskan keluhannya.

Namun, perusahaan Es Teh Indonesia tidak terima mengenai kritik tersebut yang kemudian membuat perusahaan mereka mengajukan somasi. Somasi itu di ajukan karena keluhan customer di anggap memberikan kerugian terhadap penjualan produk dan di anggap berlebihan dalam mengatakan kandungan gula sebanyak 3 kilogram.

Selain itu, penyebutan kata yang kurang pantas dalam kritikan tersebut juga membuat keluarga besar Es Teh Indonesia merasa terluka.

Tanpa membahas mengenai benar dan salah, media sosial memang sangat berpotensi dalam menyebar luaskan terkait hal-hal yang sedang terjadi dalam suatu masyarakat. Sehingga, tentu adanya kritik tersebut dapat mempengaruhi penjualan produk Es Teh Indonesia.

READ  Tips Jaga Tubuh Di Cuaca Ekstrim Agar Tidak Terserang Penyakit

Akan tetapi, somasi yang di lakukan oleh Es Teh Indonesia juga menuai kontra dari banyak pengguna Twitter. Mereka beranggapan bahwa Es Teh Indonesia tidak mau menerima kritik dari para pelanggannya karena mengajukan somasi.

Meskipun begitu, persoalan tersebut berakhir damai setelah pemilik akun yang melayangkan kritik menyatakan permohonan maaf di akun Twitter-nya. Perusahaan Es Teh Indonesia yang telah tersebar di banyak wilayah itu juga meresponsnya dengan berjanji akan menerima saran maupun masukan dari para customer.

Tanggapan BPOM

Ramainya persoalan terkait gula yang menyebut-nyebut BPOM kemudian juga membuat mereka merespons mengenai viralnya Es Teh Indonesia. BPOM yang merupakan akronim dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI di anggap oleh masyarakat tidak mampu mengawasi kandungan gula pada minuman Es Teh Indonesia.

Dalam responsnya, BPOM mengatakan bahwa persoalan mengenai gula pada produk minuman Es Teh Indonesia bukan wewenangnya. Pasalnya, minuman tersebut merupakan minuman siap saji di mana dalam pengawasan pada kandungannya di awasi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota dan Provinsi.

READ  Mengatasi Alergi Dingin Anak Bisa dengan Cara Ini

BPOM juga menjelaskan bahwa dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013. Produk siap saji mencantumkan informasi mengenai kandungan gula, lemak, atau garam bukan pada kemasan. Melainkan, informasi tersebut terdapat pada buku menu, iklan, maupun media promosi lainnya.

Sehingga, BPOM tidak dapat memastikan atau menjawab pertanyaan masyarakat mengenai persoalan pada kandungan gula minuman Es Teh Indonesia. Sebagaimana penjelasan dari pihak BPOM, perusahaan Es Teh Indonesia tidak dapat di pastikan apakah sudah melaksanakan aturan terkait pencantuman informasi mengenai gula sesuai dengan peraturan Peraturan Menkes.

Iulah ulasan mengenai viral kasus Es Teh Indonesia yang bermula dari Twitter. Setelah membaca uraian di atas, kira-kira bagaimana tanggapan menurut Anda mengenai kasus tersebut?